Asal-usul hari sidat

Hari sidat atau dalam bahasa Jepangnya adalah do you no ushi no hi (土用の丑の日) mula-mula diperkenalkan pada zaman Edo sekitar tahun 1700-an. Untuk memahami asal-muasal hari sidat ini, mari kita pelajari dulu arti kata bahasa Jepang ini.

Pertama adalah kata "do you" (土用). Istilah ini berarti "akhir suatu musim". Dalam 1 tahun di Jepang terdapat 4 musim dan ini berarti ada 4 akhir musim di sana. Akhir musim semi, akhir musim panas, akhir musim gugur, dan akhir musim dingin. Setiap "do you" biasanya berlangsung selama 18 hari.

Selanjutnya adalah kata "ushi no hi" (丑の日). Istilah ini merujuk kepada hari "kerbau" dalam penanggalan kuno Tiongkok. Penanggalan ini menggunakan 12 shio secara berulang selama 1 tahun untuk menandakan hari.

Dengan demikian, "do you no ushi no hi" berarti hari kerbau dalam rentang akhir suatu musim. Oleh karena akhir musim berlangsung selama 18 hari, ada kalanya terdapat 2 hari kerbau dalam periode ini.

Melalui definisi di atas, dapat disimpulkan dalam 1 tahun terdapat minimal 4 hari kerbau dalam periode akhir musim. Lalu mengapa hari sidat jatuh pada musim panas saja?

Sebenarnya, bila mengikuti definisi di atas, akan ada hari sidat setidaknya 4 kali dalam setahun. Namun demikian, hanya hari sidat pada musim panas saja yang terkenal di Jepang. Mengapa demikian?

Asal-usul hari sidat di Jepang bermula pada suatu waktu di zaman Edo. Kala itu ada seorang pemilik kedai sidat yang dirundung masalah. Penjualan sidat di musim panas sangat jauh berbeda dibandingkan saat musim dingin. Hal itu dapat dimaklumi karena masa menyantap sidat saat itu memang berada pada musim dingin. Sidat pada musim dingin memiliki rasa yang lebih lezat.

Pemilik kedai ini kemudian mendatangi Hiraga Gennai, seorang multi talenta yang terkenal pada zaman Edo. Hiraga Gennai kemudian memberi saran untuk melakukan promosi penjualan, "Makanlah unagi di hari ushi no hi untuk memulihkan stamina". Promosi ini didasarkan pada pemikiran bahwa dengan menyantap makanan yang bermula dengan huruf "U" dan bergizi tinggi di hari "Ushi no hi" yang panas, orang-orang pasti dapat melewati hari-hari musim panas.

Pemilik kedai pun setuju dengan ide ini dan mulai mempromosikan sidatnya. Tak disangka, orang-orang pun percaya dan mulai berbondong-bondong mendatangi kedainya. Melihat hal ini, pemilik kedai sidat lain pun meniru cara yang sama dan semakin maraklah kebiasaan menyantap sidat di musim panas, terutama di hari kerbau akhir musim panas.

Kebiasaan ini terus berlanjut selama ratusan tahun hingga ke zaman modern saat ini. Orang Jepang menyantap sidat di musim panas untuk menambah stamina dan membantu mereka menjalani hari-hari yang panas.

Untuk tahun 2016, do you no ushi no hi jatuh pada tanggal 30 Juli 2016. Saat ini para pengelola kedai unagi di Jepang sedang sibuk mempersiapkan bahan baku sidat untuk kedai mereka.

Di Jakarta dan sekitarnya pun sudah banyak restoran Jepang yang menyediakan menu sidat panggang atau kabayaki. Silakan kunjungi restoran-restoran ini pada tanggal 30 Juli 2016 untuk ikut meramaikan kebiasaan orang Jepang menyantap sidat. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar